Jasa Website Berita Online

Ekonomi Rungkad, Lebih dari Setengah Warga RI Hidup dari Pinjol & Paylater!

author photo Sabtu, Agustus 02, 2025



SHARE YA KAK!, Jakarta — Lebih dari separuh warga Indonesia kini menggantungkan hidup pada utang. Bukan lagi untuk membeli ponsel terbaru atau sekadar cicilan barang rumah tangga, melainkan demi memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Riset YouGov Indonesia mengungkap bahwa 54 persen masyarakat mengambil pinjaman sepanjang setahun terakhir. Angka ini menyingkap wajah ekonomi rumah tangga yang kian rapuh, meski di permukaan masih tampak berjalan normal.

Arief Anshory Yusuf, anggota Dewan Ekonomi Nasional, menyebut gejala pelemahan ekonomi sebenarnya sudah terbaca sejak lama. “Sayangnya, banyak pembuat kebijakan justru tidak percaya bahwa ekonomi Indonesia sedang lesu. Kami haqqul yakin saat itu, dan data sekarang membuktikannya,” kata Arief dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia.

Indikator yang paling jelas adalah pergeseran pola konsumsi. Porsi belanja rumah tangga kini lebih banyak tersedot untuk kebutuhan pokok. Dalam istilah ekonomi mikro, fenomena ini dikenal sebagai Hukum Engel: semakin miskin seseorang, semakin besar pengeluarannya untuk makanan dan kebutuhan dasar. Celah untuk menabung atau berinvestasi nyaris tertutup, menyisakan satu-satunya opsi: berutang.

Yang menarik, mayoritas utang tidak berasal dari bank. Sumber pinjaman justru bergeser ke jalur digital dan informal—pinjaman online, paylater, hingga penjualan aset pribadi seperti emas atau barang elektronik. Kredit bank kehilangan peran dominannya. Sementara itu, kelompok berpenghasilan menengah ke atas justru memperkuat posisi di aset lindung nilai seperti emas dan properti. Kesenjangan semakin nyata, bukan hanya soal pendapatan, tetapi juga kemampuan menjaga ketahanan finansial jangka panjang.

Situasi ini kian genting ketika pemerintah sendiri menahan belanja. Data resmi menunjukkan pengeluaran pemerintah turun 1,38 persen pada kuartal pertama 2025, sementara konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,89 persen. Kombinasi ini menciptakan kondisi prosiklikal—seluruh sisi permintaan melemah bersamaan, menekan ekonomi dari dua arah sekaligus.

Krisis, dalam kondisi ini, bukan datang dari ledakan dramatis. Ia merayap pelan, melalui akumulasi tekanan yang makin berat dirasakan masyarakat. Setiap hari, ratusan ribu rumah tangga terjerat cicilan pinjol atau tagihan paylater hanya untuk memastikan dapur tetap mengepul.

Arief mengingatkan, tanpa koreksi kebijakan yang inklusif, tekanan ekonomi bisa berubah menjadi krisis sosial. “Gejala sudah ada sejak lama, sekarang terlihat nyata,” ujarnya.

Di lapangan, istilah baru muncul: hidup dari pinjol, bukan dari gaji. Inilah wajah ekonomi rungkad Indonesia hari ini, di mana utang digital menjadi oksigen terakhir bagi rumah tangga, dan ketahanan ekonomi hanya tinggal jargon dalam pidato pejabat.

(Red/Vendetta)

This Is The Newest Post
Previous article Previous Post

Advertisement

Jasa Pembuatan Website Berita Online

Advertisement

Jasa Pembuatan Website Berita Online