SHARE YA KAK!, Jakarta — Penjualan mobil nasional yang terus menurun membuat industri pembiayaan atau multifinance melakukan reposisi strategi bisnis secara besar-besaran. Di tengah anjloknya permintaan pembiayaan kendaraan bermotor, para pelaku industri pembiayaan kini mengandalkan produk multiguna atau dana tunai sebagai pendorong utama pertumbuhan bisnis mereka.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales pada periode Januari hingga April 2025 tercatat mengalami penurunan sebesar 2,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini menambah daftar panjang tekanan terhadap sektor otomotif yang belum juga pulih sejak pandemi.
Situasi ini berdampak langsung terhadap sektor pembiayaan otomotif. Permintaan pembiayaan kendaraan bermotor masih menunjukkan tren menurun, tanpa ada sinyal perbaikan dalam waktu dekat. Dikutip dari Kompas.com (7 Juli 2025), perusahaan pembiayaan akhirnya mengalihkan fokus bisnisnya ke sektor yang lebih menjanjikan, yakni pembiayaan multiguna atau dana tunai.
Produk pembiayaan multiguna dinilai lebih fleksibel karena tidak bergantung pada transaksi kendaraan baru maupun bekas. Direktur utama Adira Finance, seperti dikutip dari Kontan.co.id, menyatakan bahwa pembiayaan multiguna memiliki cakupan pasar yang lebih luas dan mampu menjangkau konsumen dengan kebutuhan dana cepat yang tidak terkait dengan pembelian kendaraan.
"Dana tunai berbasis jaminan BPKB menjadi salah satu solusi yang cukup efektif menjaga portofolio pembiayaan kami tetap tumbuh," ujarnya. Dengan strategi ini, multifinance dapat meminimalkan risiko keterpurukan total pembiayaan akibat anjloknya pasar mobil.
Selain produk multiguna, industri pembiayaan juga mulai serius menyasar pembiayaan mobil bekas. Pasar ini dianggap lebih resilien karena harga mobil bekas lebih terjangkau bagi masyarakat yang kini menghadapi penurunan daya beli. CNBC Indonesia melaporkan bahwa beberapa multifinance bahkan mulai menyesuaikan skema pembiayaan agar lebih menarik bagi konsumen yang ingin membeli kendaraan bekas.
Langkah diversifikasi pembiayaan ini menjadi respons terhadap tekanan yang terus meningkat di sektor otomotif. Salah satu penyebab utama lesunya penjualan mobil adalah menyusutnya kelas menengah Indonesia. Tempo.co melaporkan bahwa kelas menengah yang selama ini menjadi motor utama pertumbuhan penjualan kendaraan kini menghadapi tekanan ekonomi yang cukup serius. Akibatnya, bukan hanya penjualan mobil turun, namun juga kualitas kredit rumah tangga memburuk.
Investing.com dalam laporannya mencatat bahwa penurunan penjualan mobil membuat sejumlah perusahaan pembiayaan mulai menahan pemberian pinjaman kendaraan baru karena risiko gagal bayar meningkat. Sementara itu, data dari OJK menunjukkan bahwa meskipun penjualan kendaraan menurun, pembiayaan roda empat secara keseluruhan masih tumbuh tipis sebesar 6,9%, yang sebagian besar disumbang oleh pembiayaan multiguna.
Fenomena ini menandai pergeseran signifikan dalam lanskap industri pembiayaan Indonesia. Jika sebelumnya bisnis ini sangat tergantung pada penjualan kendaraan baru, kini arah bisnis berubah dengan mengutamakan fleksibilitas dan ketahanan portofolio di tengah tekanan pasar. Pelaku industri dituntut untuk lebih adaptif terhadap perubahan perilaku konsumen dan kondisi makroekonomi yang tidak menentu.
Dengan berbagai strategi tersebut, industri pembiayaan berharap dapat menjaga pertumbuhan tetap positif meskipun pasar otomotif belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Namun, ke depan, tantangan tetap besar. Jika penjualan mobil terus melemah dan daya beli masyarakat tak kunjung pulih, sektor ini bisa kembali terpukul lebih dalam. Oleh karena itu, langkah diversifikasi pembiayaan ke dana tunai dan mobil bekas bisa menjadi pilihan rasional untuk bertahan di tengah badai ekonomi.
(Red/Vendetta)