Jasa Website Berita Online

Kredit Bermasalah Meningkat Diam-diam, Perbankan Mulai Waswas

author photo Selasa, Juli 08, 2025



SHARE YA KAK!, Jakarta — Kualitas kredit perbankan Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda kemunduran. Perlahan tapi pasti, rasio kredit bermasalah mulai merangkak naik, seiring tekanan ekonomi yang masih menghantui daya beli masyarakat dan sektor usaha kecil.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2025 mencatat, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross naik menjadi 2,29%, dari sebelumnya 2,24% di April dan 2,08% pada akhir 2024. Secara neto, NPL juga meningkat menjadi 0,85% dibandingkan 0,74% pada Desember 2024. Tak hanya itu, indikator Loan at Risk (LaR)—yang mencerminkan potensi gagal bayar di masa depan—naik menjadi 9,93%, lebih tinggi dari posisi akhir tahun lalu sebesar 9,28%.

Tren ini cukup mengkhawatirkan meskipun angkanya belum melewati batas krusial. Sebagai pembanding, NPL gross pada Mei 2024 sempat lebih tinggi, yakni 2,34%.

Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, mengakui bahwa risiko kualitas kredit memang meningkat, namun masih dalam level yang terkendali. “Kondisinya masih stabil dan rasio LaR tetap berada di kisaran sebelum pandemi,” ujar Dian, dikutip dari Kontan.co.id, Senin (8/7).

Meningkatnya tekanan kualitas kredit ini tak lepas dari faktor eksternal dan domestik. Di tengah ketidakpastian global, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu yang paling rentan. Selain itu, kredit konsumsi seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga mulai menunjukkan gejala kenaikan risiko.

Meski begitu, bank-bank nasional masih memiliki modal yang kuat untuk menyerap tekanan tersebut. OJK mencatat Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan sebesar 25,51%, jauh di atas ambang minimum yang disyaratkan regulator. Ini menjadi bantalan penting untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.

“Perbankan memiliki ruang yang cukup untuk merespons fluktuasi risiko, asalkan tetap menjaga kehati-hatian dalam penyaluran kredit,” lanjut Dian.

Namun, sejumlah analis memperingatkan bahwa jika tekanan terhadap konsumsi dan daya beli masyarakat terus berlanjut, pemburukan kualitas kredit bisa menjadi tren jangka menengah, bukan sekadar anomali bulanan. Terlebih, LaR mendekati angka dua digit, yang berpotensi menjadi beban jika terus merangkak naik.

Kondisi ini juga beriringan dengan tren pelambatan pertumbuhan kredit baru. Beberapa bank mulai lebih selektif menyalurkan pinjaman, terutama ke sektor-sektor berisiko tinggi. Di sisi lain, peminjam rumah tangga maupun pelaku UMKM kian terjepit oleh beban ekonomi.

OJK memastikan akan terus memantau dan melakukan langkah antisipatif guna menjaga kualitas aset perbankan. “Pengawasan tetap diperkuat untuk memastikan sistem keuangan tetap stabil,” kata Dian.

(Red/Vendetta)

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement

Jasa Pembuatan Website Berita Online

Advertisement

Jasa Pembuatan Website Berita Online