SHARE YA KAK!, Jakarta — Banyak warga Indonesia mengeluhkan hidup makin berat di tahun 2025. Sudah kerja keras banting tulang, tapi penghasilan tak juga naik. Harga-harga kebutuhan makin mahal, sementara isi dompet tak ikut bertambah. Begitulah kenyataan pahit yang dirasakan banyak orang saat ini.
Bank Indonesia (BI) mencatat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi semakin melemah. Dalam survei terbaru BI, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di bulan Juni 2025 hanya berada di angka 117,8, nyaris tak berubah dari Mei yang sebesar 117,5. Data ini dikutip dari CNBC Indonesia (8/7/2025), yang menyebut bahwa angka IKK tersebut menjadi salah satu yang terendah sejak September 2022. Padahal, biasanya bulan Juni–Juli jadi momen belanja ramai karena libur sekolah. Tapi sekarang? Banyak yang pilih menahan diri dan tak banyak belanja.
Masyarakat juga makin pesimis soal pendapatan mereka ke depan. Indeks harapan kenaikan penghasilan (IEP) justru turun ke angka 133,2 — terendah dalam satu setengah tahun terakhir. Menurut CNBC Indonesia, penurunan ini menjadi sinyal bahwa masyarakat semakin ragu bahwa penghasilannya akan meningkat dalam enam bulan ke depan. “Sekarang sehari narik motor bisa dapat Rp120 ribu paling mentok. Padahal dulu bisa Rp200 ribu. Biaya makan naik, bensin naik, tapi tarif ojol nggak pernah naik. Jujur aja, saya capek,” keluh Pak Warto, driver ojek online di Jakarta Selatan.
Masalah makin berat dengan masih terjadinya PHK di berbagai sektor. Data dari CNBC Indonesia mencatat, tahun 2023 ada 64.855 pekerja yang kehilangan pekerjaan. Jumlah itu naik menjadi 77.965 orang pada 2024. Dan hanya dalam bulan Februari 2025 saja, sebanyak 15.285 orang terkena PHK. Itu jadi sinyal buruk. Orang yang masih kerja takut kehilangan pekerjaannya, sementara yang menganggur makin sulit cari penghasilan. Akibatnya, banyak yang takut belanja, takut utang, bahkan takut punya rencana besar.
Sementara itu, Tempo.co dalam laporannya menyebut bahwa IKK pada Mei 2025 mengalami penurunan tajam ke level 117,5 dari April yang sempat mencapai 121,7. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini juga melemah ke 106, dan indeks ketersediaan lapangan kerja bahkan sudah masuk zona pesimistis di 95,7. Artinya, masyarakat bukan cuma ragu soal penghasilan, tapi juga soal masa depan pekerjaannya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani pun akhirnya menurunkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Awalnya ditargetkan bisa tumbuh 5,2%, tapi sekarang diprediksi hanya 4,8–5%. Hal ini sejalan dengan data IKK yang terus turun, serta konsumsi masyarakat yang melemah. Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari 50% dari total PDB nasional, kini mulai melambat. Data dari Kompas.com juga mencatat bahwa IKK pada Mei 2025 merupakan yang terendah sejak 2022, menunjukkan penurunan kepercayaan konsumen secara nasional.
Kalau konsumsi seret, ekonomi ikut loyo. Dan kalau ekonomi loyo, lapangan kerja makin seret, gaji makin susah naik. Lingkaran setan ini yang kini dirasakan banyak orang di tanah air.
“Harga-harga mahal, kerja makin berat, penghasilan nggak naik-naik. Gimana nggak rungkad?” ujar Pak Warto, yang sudah lima tahun lebih jadi ojol dan kini harus kerja hingga larut malam demi menutupi biaya hidup keluarganya.
Di tahun 2025 ini, rakyat Indonesia dihadapkan pada kenyataan pahit. Meski bekerja keras, banyak yang tetap hidup pas-pasan. Data dari Bank Indonesia dan berbagai media seperti CNBC Indonesia, Tempo, dan Kompas jelas menunjukkan bahwa rasa percaya diri masyarakat terhadap kondisi ekonomi terus menurun. Kerja keras saja tak cukup, karena sistem ekonomi yang melambat dan ancaman PHK membuat hidup makin tidak pasti.
(Red/Vendetta)