SHARE YA KAK!, JAKARTA — Indonesia disebut-sebut berpotensi menghadapi tekanan ekonomi yang semakin berat pada 2025. Hal ini terungkap dalam survei terbaru Bloomberg yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2025 hanya akan berada di kisaran 4,80 persen, lebih rendah dari target pemerintah.
Prediksi ini memicu kekhawatiran di kalangan pengamat dan pelaku pasar, mengingat ekonomi Indonesia sebelumnya juga mengalami perlambatan pada kuartal pertama. Jika tren penurunan berlanjut, Indonesia bisa memasuki fase resesi teknikal, yaitu kondisi di mana pertumbuhan ekonomi minus atau melambat signifikan selama dua kuartal berturut-turut.
Dalam laporannya, Bloomberg mencatat sebagian besar ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga acuannya untuk menahan laju perlambatan. Langkah ini diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat dan mendorong konsumsi domestik yang selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan.
Namun, sejumlah analis mengingatkan bahwa pemangkasan suku bunga saja tidak cukup untuk mengatasi tekanan ekonomi global dan risiko ketidakpastian fiskal di dalam negeri. Jika tidak diantisipasi dengan kebijakan yang tepat, perlambatan pertumbuhan bisa berdampak lebih luas ke sektor usaha, investasi, hingga lapangan kerja.
"Kalau ekonomi kuartal kedua kembali turun, resesi teknikal tak bisa dihindari. Ini tentu menjadi tantangan serius bagi pemerintah baru untuk menjaga stabilitas ekonomi," ujar seorang pengamat ekonomi yang dikutip dari pemberitaan media lokal.
Meski demikian, beberapa pihak menilai situasi saat ini belum mengarah pada krisis ekonomi besar seperti yang pernah dialami Indonesia pada 1998 silam. Sejauh ini, cadangan devisa dan stabilitas sektor perbankan dinilai masih cukup kuat untuk menahan guncangan jangka pendek.
Pemerintah pun diminta segera merespons dengan langkah konkret, mulai dari mempercepat belanja negara, menggenjot investasi, hingga menjaga kestabilan harga bahan pokok di tengah tekanan global yang masih berlanjut.
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan akan merilis data resmi pertumbuhan ekonomi kuartal II pada Juli hingga awal Agustus mendatang. Data tersebut akan menjadi penentu apakah Indonesia benar-benar masuk ke zona resesi teknikal atau masih mampu bertahan.
Masyarakat diimbau tetap tenang, namun waspada, sembari menanti langkah cepat pemerintah untuk menjaga roda perekonomian tetap bergerak.
Sumber: Bloomberg
(Red/Vendetta)