
SHARE YA KAK!, Jakarta - Awal tahun 2025 bukanlah permulaan yang menggembirakan bagi perekonomian Indonesia. Data pertumbuhan ekonomi yang dirilis beberapa waktu lalu menandai sinyal waspada bagi seluruh pemangku kepentingan. Pada kuartal I-2025, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh hanya 4,87% secara tahunan (year-on-year). Meski angka ini terlihat masih positif, perlambatannya dibanding kuartal sebelumnya—yang lebih dari 5%—menjadi pertanda bahwa tekanan ekonomi mulai terasa.
Menurut laporan dari berbagai media nasional seperti DetikFinance, CNBC Indonesia, dan Warta Sasambo, perlambatan ini dipicu oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah melemahnya daya beli masyarakat, yang tercermin dari konsumsi rumah tangga yang tak lagi bertumbuh secepat sebelumnya. Di sisi lain, investasi swasta belum sepenuhnya pulih pascapandemi dan cenderung stagnan di tengah ketidakpastian global.
Ketergantungan Indonesia terhadap ekspor komoditas juga menjadi masalah tersendiri. Fluktuasi harga dunia dan perlambatan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor membuat pendapatan negara ikut terganggu. Situasi ini diperparah oleh kondisi global yang tidak menentu, termasuk gejolak geopolitik, inflasi tinggi, dan pengetatan kebijakan moneter di banyak negara maju.
Beberapa ekonom menyebut situasi ini sebagai kondisi "genting". Struktur ekonomi nasional dinilai masih terlalu rapuh untuk menghadapi tekanan global yang semakin kompleks. Ketimpangan antara sektor-sektor ekonomi juga terlihat semakin mencolok. Sektor informal masih mendominasi, sementara sektor industri belum menunjukkan transformasi signifikan.
Pemerintah sendiri menyadari adanya risiko ini. Presiden Prabowo dalam beberapa kesempatan menyatakan bahwa Indonesia tidak boleh lengah dan harus tetap waspada. Beliau menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi, memperkuat sektor riil, serta mempercepat reformasi struktural agar ekonomi Indonesia tidak hanya tumbuh, tetapi juga tangguh.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan bahwa belanja negara ke depan akan difokuskan pada penguatan fondasi ekonomi. Pemerintah juga akan mendorong stimulus fiskal yang tepat sasaran guna menjaga momentum pertumbuhan. Namun demikian, tantangan yang dihadapi sangat nyata, dan dibutuhkan sinergi dari seluruh elemen bangsa untuk menghadapinya.
Di tengah situasi ini, publik diminta untuk tetap tenang namun waspada. Ekonomi memang sedang diuji, namun bukan berarti tanpa harapan. Dengan kebijakan yang tepat dan partisipasi aktif semua pihak, Indonesia bisa keluar dari tekanan dan kembali menuju jalur pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Sumber referensi: Detik, CNBC, Warta Sasambo